Jumat, 04 April 2014

Mewaspadai Farisi di Zaman Modern


Add caption

Kata “Munafik” nyaris identik dengan “Farisi”. Orang-orang Farisi sangat menekankan pada ketaatan mereka akan setiap peraturan Kitab Suci. Mereka setia membayar perpuluhan, tidak merampok, tidak berzinah, rajin berpuasa, dll. Namun yang menjadi masalah adalah hal-hal tersebut justru membuat mereka merasa lebih suci daripada orang lain. Orang-orang Farisi menjalankan segala ritual rohani mereka bukan karena mengasihi Allah, melainkan untuk membenarkan diri dan mendapatkan pujian dari orang-orang di sekitarnya. Matius 23 : 3 menulis, “Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.”

Apakah orang-orang Farisi hanya ada pada zaman Tuhan Yesus saja? Ternyata tidak, “orang Farisi” masih banyak kita jumpai pada zaman modern sekarang ini. Jujur saja, terkadang saya pun melihat diri saya sendiri termasuk di dalam kelompok ini. Saya seringkali lebih mementingkan pujian dari manusia dibandingkan Tuhan, terkadang saya juga lebih takut mendapatkan penilaian buruk dari manusia dibandingkan dari Tuhan. Saya terlalu memfokuskan diri terhadap penampilan dari luar dan melatih diri sedemikian rupa, supaya orang lain memandang saya sebagai orang yang saleh. Saya rajin membaca Alkitab bukan karena rindu untuk mengenal Allah lebih dalam lagi, melainkan supaya saya bisa terliht lebih pandai dan lebih tahu tentang isi Kitab Suci. Saya ikut dalam pelayanan di mimbar selama bertahun-tahun, namun terkadang hal itu saya gunakan sebagai kesempatan untuk mencari pujian yang sia-sia.

Perikop hari ini menolong saya untuk lebih introspeksi diri lagi. Tidak peduli sudah berapa lama saya menjadi orang Kristen, tidak peduli seberapa aktif saya melayani Tuhan, tidak peduli bagaimana orang lain menilai betapa baiknya saya. Diluar semuanya itu, Tuhan mengenal saya sampai ke relung hati yang paling dalam. Dihadapan-Nya, saya tidak dapat menutupi wajah saya dengan menggunakan topeng, dan dihadapan-Nya pula saya dapat bertobat dan memberi diri untuk dituntun kembali ke jalan-Nya.

Sumber : Buku Renungan Harian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar