Add caption |
Kata “Munafik”
nyaris identik dengan “Farisi”. Orang-orang Farisi sangat menekankan pada
ketaatan mereka akan setiap peraturan Kitab Suci. Mereka setia membayar
perpuluhan, tidak merampok, tidak berzinah, rajin berpuasa, dll. Namun yang
menjadi masalah adalah hal-hal tersebut justru membuat mereka merasa lebih suci
daripada orang lain. Orang-orang Farisi menjalankan segala ritual rohani mereka
bukan karena mengasihi Allah, melainkan untuk membenarkan diri dan mendapatkan
pujian dari orang-orang di sekitarnya. Matius
23 : 3 menulis, “Sebab itu
turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi
janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya
tetapi tidak melakukannya.”
Apakah
orang-orang Farisi hanya ada pada zaman Tuhan Yesus saja? Ternyata tidak, “orang
Farisi” masih banyak kita jumpai pada zaman modern sekarang ini. Jujur saja,
terkadang saya pun melihat diri saya sendiri termasuk di dalam kelompok ini.
Saya seringkali lebih mementingkan pujian dari manusia dibandingkan Tuhan,
terkadang saya juga lebih takut mendapatkan penilaian buruk dari manusia
dibandingkan dari Tuhan. Saya terlalu memfokuskan diri terhadap penampilan dari
luar dan melatih diri sedemikian rupa, supaya orang lain memandang saya sebagai
orang yang saleh. Saya rajin membaca Alkitab bukan karena rindu untuk mengenal
Allah lebih dalam lagi, melainkan supaya saya bisa terliht lebih pandai dan
lebih tahu tentang isi Kitab Suci. Saya ikut dalam pelayanan di mimbar selama
bertahun-tahun, namun terkadang hal itu saya gunakan sebagai kesempatan untuk
mencari pujian yang sia-sia.
Perikop
hari ini menolong saya untuk lebih introspeksi diri lagi. Tidak peduli sudah
berapa lama saya menjadi orang Kristen, tidak peduli seberapa aktif saya melayani
Tuhan, tidak peduli bagaimana orang lain menilai betapa baiknya saya. Diluar
semuanya itu, Tuhan mengenal saya sampai ke relung hati yang paling dalam.
Dihadapan-Nya, saya tidak dapat menutupi wajah saya dengan menggunakan topeng,
dan dihadapan-Nya pula saya dapat bertobat dan memberi diri untuk dituntun
kembali ke jalan-Nya.
Sumber : Buku Renungan Harian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar