Senin, 29 Juni 2015

Rapture - Tujuan dan Rahasia yang Terkandung di Dalamnya

Kata "Rapture" tidak terdapat di dalam Alkitab bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Mengapa? Karena Rapture berasal dari kata latin "Raptu", kata yunaninya adalah "Harpazo" yang artinya diangkat secara tiba-tiba (to be caught up). I Tesalonika 4 : 16-17, "Pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat (Harpazo) bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan."

Tujuan Rapture
Tujuan Rapture dinyatakan dengan jelas di dalam I Tesalonika 1 : 10 yaitu Untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkanNya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang. Didalam Kitab Wahyu pasal 4, Rasul Yohanes melihat pintu sorga dan ada suara yang berseru "Naiklah kemari", ini merupakan gambaran dari Rapture. Baru kemudian di dalam Wahyu pasal ke-19 kita membaca bagaimana umat tebusan Kristus sudah berada di sorga dan siap datang kembali ke bumi bersama dengan Sang Juruselamat yang datang sebagai King of kings and Lord of lords. Disini kita bisa melihat begitu besarnya kasih Yesus kepada umat tebusanNya sehingga Ia memberikan perlindungan khusus dalam bentuk Rapture ini, lihat Wahyu 3 : 10, "Karena engkau menuruti firmanKu, untuk tekun menantikan Aku, maka Aku pun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi."

Rahasia Rapture
Rasul Paulus di dalam I Korintus 15 : 51-52 membuka sebuah rahasia buat kita semua - "Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia (musterion), kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang yang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semuanya akan diubah." Ayat ini memberikan suatu pengertian yang sangat luar biasa yaitu bahwa Rapture akan terjadi dalam waktu yang teramat sangat cepat, dan Rapture sebagai "The Blessed Hope" mengandung berkat yang dasyat luar biasa, apabila kita semua masih hidup pada saat itu, kita tidak akan mengalami kematian. Kita akan diubah dalam sekejap mata dan bertemu dengan our Beloved Savior, Jesus Christ.

Seberapa Dekat Rapture Akan Terjadi?
Hanya Tuhan saja yang tahu kapan Rapture akan terjadi. Rapture bisa terjadi kapan saja tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Namun Tuhan Yesus mau kita bisa membaca tanda-tanda jaman. Sebuah pemikiran tentang we are very close to Rapture muncul dari buah karya St. Malachy, seorang rahib dari Irlandia yang pada tahun 1139 mendapatkan "wahyu khusus" tentang 112 pimpinan gereja Roma sejak dari masanya sampai yang terakhir di akhir zaman.Menariknya, pimpinan (Paus) yang sekarang ini adalah Paus di urutan ke-112 atau yang terakhir di dalam daftar panjang St. Malachy. Apakah pimpinan yang sekarang ini merupakan yang terakhir? Hanya Tuhan yang tahu, tugas kita adalah mempersiapkan diri untuk menyambut kedatanganNya. GBU

Cara Menyembah Tuhan Dengan Benar

Di dalam Injil Matius ayat 4, dapat kita lihat bahwa Iblis berusaha untuk menggoda Yesus dengan memberikan sebuah penawaran yang menarik. Iblis akan memberikan seluruh kemuliaan dunia, jika Yesus bersedia menyembah dia. Setan ingin disembah, termasuk oleh Yesus, Sang Anak Allah, karena itulah Setan memberikan penawaran yang sangat besar, yang mungkin tidak akan pernah diberikan kepada orang lain. Tetapi Yesus dengan tegas menjawab, "Enyahlah Iblis, sebab ada tertulis : Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti."

Disitu dapat kita lihat bahwa Yesus menolak untuk menyembah Setan, tetapi Dia memilih untuk melihat Allah. Menyembah adalah tujuan utama Tuhan menciptakan kita. Lalu bagaimanakah kita menyembah Allah dengan benar?

Yohanes 4 : 24 menjawab, "Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam Roh dan kebenaran." Menyembah Tuhan tidak terbatas pada tata cara ibadah, menjalankan peraturan atau sekedar aktif terlibat di dalam pelayanan gereja. Semua itu mendukung dalam usaha kita untuk menyembah Dia, tetapi menyembah Tuhan yang utama adalah hidup di dalam Roh. Artinya kita menjalani kehidupan kita sesuai dengan Firman Tuhan dan bimbingan dari Roh Kudus.

Kehidupan seperti demikian tidak dapat ditempuh dengan sekali jadi. Kita memerlukan proses yang panjang dan kita harus membangun hubungan dengan Tuhan secara terus menerus. Kita harus membangun iman dalam kepercayaan dan penyerahan diri. Kita harus rajin mendengarkan suara Tuhan dan melatih kepekaan kita serta menjalankan apa yang diperintahkan Tuhan kepada kita. Tidak ada kebahagiaan yang lebih daripada menyembah Tuhan. Di dalam Tuhan-lah berkat kebahagiaan dan segala kebaikan akan dilimpahkan ke dalam kehidupan kita. Karena itu, marilah kita datang dan bersujud kepadaNya. Marilah kita datang, mendengar dan melakukan apa yang menjadi kehendakNya. (HW)

Minggu, 28 Juni 2015

Panggilan dari Tuhan Untuk Bertobat

Kita tentu sudah sangat mengenal kisah dari Maria Magdalena, seorang wanita yang kedapatan berzinah. Saat itu, orang-orang hendak menghukumnya dengan dilempari batu. Namun beruntung, Tuhan datang disaat yang tepat. Tuhan Yesus mencegah orang-orang dengan berkata bahwa siapa yang tidak berdosa boleh melempar terlebih dahulu. Dari pernyataan itu, Yesus ingin menegaskan bahwa Tuhanlah yang berhak menghakimi Maria. Dan sebenarnya Yesuspun berhak untuk mengampuni Maria karena Dia adalah Tuhan. Namun Yesus tidak melakukannya. Sebaliknya, Dia mengampuni dan memberi kesempatan kepada Maria untuk bertobat dan memperbaiki kesalahannya. Maria pun dibebaskan dari belenggu roh jahat yang terus mendorongnya untuk berbuat dosa. Setelah dibebaskan, iapun menjadi pengikut Yesus yang setia.

Selain Maria, kitapun mengenal Petrus yang menyangkal Yesus dan Paulus yang pernah menganiaya pengikut Kristus. Mereka adalah orang-orang yang sering melakukan kesalahan yang fatal, namun mereka bertobat dan menyerahkan diri mereka pada Tuhan. Tuhan bukan hanya memulihkan mereka, namun memakai mereka untuk memberkati banyak orang.

Alkitab penuh dengan kisah pertobatan. Dalam perjanjian lama, kita tahu bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk alias bandel. Berulang kali mereka terjerat kesalahan yang sama. Tuhan bisa saja menghukum atau membinasakan mereka dalam sekejap. Namun Tuhan selalu memberikan kepada mereka kesempatan untuk bertobat. Tuhan mengingatkan mereka terlebih dahulu agar murka Tuhan tidak menimpa mereka. Tuhan mengasihi mereka dan ingin menyelamatkan mereka. Melalui Nabi, Rasul dan juga Tuhan Yesus sendiri, Tuhan menyerukan pertobatan dan cintaNya yang besar bagi umat manusia.

Yeremia 18 : 11, "Baiklah kamu masing-masing bertobat dari tingkah lakumu yang jahat, dan perbaikilah tingkah lakumu dan perbuatanmu!"

Kini, kitapun dipanggil untuk bertobat. Sama seperti Tuhan mencintai Israel, Tuhanpun mencintai kita. Dia ingin menyelamatkan kita. Dia rindu untuk menyerahkan berkatNya sehingga kita senantiasa hidup di dalam kelimpahan dan kebahagiaan. Kita memang tidak pantas untuk mendapatkannya sebab kita telah berdosa dan mengingkari Tuhan. Namun itulah kasih karunia Tuhan yang tidak ternilai bagi kita semua. Jadi, gunakanlah kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. marilah kita akui kesalahan kita dan serahkan diri ke hadapanNya. marilah kita kembali pada Tuhan dan biarlah Tuhan menyucikan dan memulihkan kita. Amin (Hikmat Wanita)

Jumat, 26 Juni 2015

Mengampuni Karena Kita Telah Diampuni Tuhan Terlebih Dahulu

Suatu hari, ketika Yesus sedang berada di rumah Simon, ada seorang perempuan datang dan mencuci kaki Yesus lalu menyekanya dengan rambutnya dan kemudian memberi minyak wangi pada kakiNya. Simon sempat heran dan mengatakan bahwa perempuan itu adalah orang berdosa. Namun Yesus berkata bahwa perempuan itu sudah diampuni, sebab dia telah berbuat kasih. Semakin banyak diampuni maka semakin banyak juga orang berbuat kasih. Demikian juga sebaliknya, semakin sedikit diampuni maka semakin sedikit jugalah ia berbuat kasih.

Kasih adalah tanda pertobatan dan syarat untuk mendapatkan pengampunan dari Tuhan. Kasih yang kita berikan tidak boleh pandang bulu. Bukan hanya pada orang yang ingin kita kasihi, melainkan juga pada orang yang telah menyakiti kita. Seringkali orang pilih kasih dalam mencintai. Mereka seringkali lebih memilih untuk memendam kebencian daripada melepaskan pengampunan. Pengampunan harus kita berikan dengan sepenuh hati. Seperti yang dilakukan Yesus, ketika Ia dianiaya hingga wafat disalib, Yesus tidak mengeluh atau marah. Dia menyerahkan semuanya pada Tuhan. Tuhan berhak menghakimi mereka, namun Yesus justru memohon pengampunan bagi mereka.

Kolose 3 : 13, "Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuatlah juga demikian"

Orang mungkin membela dirinya dan merasa bahwa dirinya paling benar dan orang lainlah yang melakukan kesalahan. Namun bagaimanapun juga, manusia tidak pernah lepas dari kesalahan. Jadi janganlah buru-buru untuk menghakimi kesalahan orang lain, tetapi bercerminlah terlebih dahulu. Sebelum kita menyalahkan orang lain, sebaiknya kita sadari terlebih dahulu kesalahan kita. Tuhan pun berkenan mengampuni kesalahan kita. Tuhan mengasihi kita, Dia tidak akan menghukum kita setimpal dengan kesalahan kita jika kita mau bertobat dan meminta pengampunan dariNya. Nah, disinilah letak keadilan Tuhan. Tuhan tidak mau kita berhenti hanya sampai disitu. Tuhan mau mengampuni kita jika kita mau mengampuni sesama. Sama seperti Tuhan telah mengampuni dan mengasihi kita, kitapun harus mau mengampuni dan mengasihi sesama. Semakin banyak kita mengasihi maka akan semakin banyak pula kita diampuni, dikasihi dan diberkati oleh Tuhan. (Hikmat Wanita).

Kamis, 25 Juni 2015

Mampukah Kita Membalas Kejahatan dengan Kebaikan?

Ketika Yesus ditangkap, sebuah insiden kericuhan terjadi. Petrus yang marah dan sedang membawa pedang, memotong telinga seorang hamba orang Farisi yang bernama Malkhus. Yesus yang melihat kejadian tersebut, langsung menyembuhkan Malkhus. Yesus tahu bahwa Malkhus datang dengan tujuan menangkapnya untuk disalibkan, tetapi Yesus tidak membiarkannya begitu saja. Yesus tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, sebaliknya, Yesus membalasnya dengan kebaikan.

Berbeda dengan Yesus, kebanyakan orang cenderung membalas perbuatan jahat dengan kejahatan pula. Mereka sering berkata, "Aku akan memberikan hukuman yang setimpal" atau bahkan "Aku bisa melakukan yang lebih jahat dari itu!". Membela diri adalah naluri dari setiap mahkluk hidup. Binatangpun akan melakukan hal yang sama jika ada orang atau binatang lain yang mengganggunya. Itu adalah sifat yang alami. Namun sayangnya jarang ada orang yang sadar bahwa reaksi seperti itu juga akan mendatangkan konsekuensi yang tidak ringan. Sebagai mahkluk yang diberi akal budi, kita diminta untuk memiliki kesadaran dan berpikir panjang dalam bertindak. Amarah, emosi, rasa tergesa-gesa, kepahitan, keinginan untuk balas dendam, akan selalu berdampak buruk terhadap diri kita sendiri. Beberapa binatang akan mati jika mereka menyengat musuhnya, demikian halnya dengan kita, kita akan semakin dirugikan ketika kita berusaha untuk membalas kejahatan orang lain dengan kejahatan. Pembalasan dendam hanya akan membuat luka kita semakin dalam.

Obat yang mujarab dari sakit hati tidak datang dari orang lain, melainkan dari diri kita sendiri, yakni dari hati yang mau mengampuni. Kita harus berdamai dengan diri kita sendiri sebelum kita berdamai dengan orang lain. Kita harus terus berpikir positif dan percaya bahwa peristiwa buruk bisa menjadi berkat bagi banyak orang jika kita setia dan menyerahkan diri pada Tuhan. Seperti yang dialami Yesus, yang melalui sengsara dan darahNya menyelamatkan umat manusia dari dosa. Seperti Yusuf yang karena pengalaman buruknya justru membuatnya menjadi berkat bagi banyak orang. Tidak ada alasan bagi kita untuk membalas kejahatan orang lain. Pembalasan adalah haknya Allah. Kewajiban kita adalah mengampuni dan memberkati, sebab kita dipanggil untuk mendapatkan pengampunan dan berkat Tuhan. (Hikmat Wanita)

Roma 12 : 21, "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan"