Kamis, 25 Juni 2015

Mampukah Kita Membalas Kejahatan dengan Kebaikan?

Ketika Yesus ditangkap, sebuah insiden kericuhan terjadi. Petrus yang marah dan sedang membawa pedang, memotong telinga seorang hamba orang Farisi yang bernama Malkhus. Yesus yang melihat kejadian tersebut, langsung menyembuhkan Malkhus. Yesus tahu bahwa Malkhus datang dengan tujuan menangkapnya untuk disalibkan, tetapi Yesus tidak membiarkannya begitu saja. Yesus tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, sebaliknya, Yesus membalasnya dengan kebaikan.

Berbeda dengan Yesus, kebanyakan orang cenderung membalas perbuatan jahat dengan kejahatan pula. Mereka sering berkata, "Aku akan memberikan hukuman yang setimpal" atau bahkan "Aku bisa melakukan yang lebih jahat dari itu!". Membela diri adalah naluri dari setiap mahkluk hidup. Binatangpun akan melakukan hal yang sama jika ada orang atau binatang lain yang mengganggunya. Itu adalah sifat yang alami. Namun sayangnya jarang ada orang yang sadar bahwa reaksi seperti itu juga akan mendatangkan konsekuensi yang tidak ringan. Sebagai mahkluk yang diberi akal budi, kita diminta untuk memiliki kesadaran dan berpikir panjang dalam bertindak. Amarah, emosi, rasa tergesa-gesa, kepahitan, keinginan untuk balas dendam, akan selalu berdampak buruk terhadap diri kita sendiri. Beberapa binatang akan mati jika mereka menyengat musuhnya, demikian halnya dengan kita, kita akan semakin dirugikan ketika kita berusaha untuk membalas kejahatan orang lain dengan kejahatan. Pembalasan dendam hanya akan membuat luka kita semakin dalam.

Obat yang mujarab dari sakit hati tidak datang dari orang lain, melainkan dari diri kita sendiri, yakni dari hati yang mau mengampuni. Kita harus berdamai dengan diri kita sendiri sebelum kita berdamai dengan orang lain. Kita harus terus berpikir positif dan percaya bahwa peristiwa buruk bisa menjadi berkat bagi banyak orang jika kita setia dan menyerahkan diri pada Tuhan. Seperti yang dialami Yesus, yang melalui sengsara dan darahNya menyelamatkan umat manusia dari dosa. Seperti Yusuf yang karena pengalaman buruknya justru membuatnya menjadi berkat bagi banyak orang. Tidak ada alasan bagi kita untuk membalas kejahatan orang lain. Pembalasan adalah haknya Allah. Kewajiban kita adalah mengampuni dan memberkati, sebab kita dipanggil untuk mendapatkan pengampunan dan berkat Tuhan. (Hikmat Wanita)

Roma 12 : 21, "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan"

1 komentar: