Sabtu, 29 November 2014

The Game Is Not Over Yet (Pertandingan Belum Selesai)

Buat sobat penggemar sepakbola tentu tahun tentang dua klub besar asal negara Italia dan Inggris ini. Ya, klub AC Milan (Italia) dan Liverpool (Inggris) pernah bertemu dalam satu pertandingan final Liga Champion Eropa pada tahun 2005 di Istanbul, Turki. Pada akhir babak pertama AC Milan berhasil mengungguli Liverpool dengan skor 3-0. Hampir semua orang (dan bahkan mungkin pemain dan pelatih AC Milan) menganggap pertandingan "sudah selesai" dengan AC Milan tampil sebagai juara. Namun yang terjadi di babak kedua sungguh diluar dugaan, hanya dalam tempo 15 menit Liverpool berhasil menyamakan kedudukan menjadi 3-3 sehingga pertandingan berlanjut hingga babak tambahan yang tidak merubah skor. Akhirnya pertandingan ditentukan melalui adu pinalty yang membuat Liverpool akhirnya menang 3-2.

Kesimpulannya adalah The game is not over yet, jadi jangan cepat-cepat bersuka cita dulu, tunggu hingga peluit akhir dibunyikan oleh wasit. Begitupun dalam kehidupan kita, kita tidak boleh lengah hingga wasit (Tuhan) meniup peluit akhir pertandingan (mengambil nyawa kita kembali), sehingga kita bisa berkata "Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.' (II Timotius 4 : 7 - 8)

Pelajaran yang bisa kita petik dari kejadian di atas adalah "pertandingan hidup kita belum selesai". Jika saat ini Tuhan ijinkan kita bisa menikmati kesuksesan dan berada di puncak, maka kita tidak boleh sombong dan harus tetap menjaga sikap hidup kita serta selalu bersandar kepada Tuhan. Dan juga sebaliknya, jika hidup kita saat ini sedang terpuruk dan berada di lembah, maka kita harus tetap memupuk harapan akan pertolongan Tuhan, jangan biarkan asa itu sirna. Ketika kita masih hidup dan bernafas itu artinya pertandingan hidup kita belum selesai sehingga kita harus senantiasa terus berkarya dengan positif. Amsal 23 : 18, "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."

Dedy Liem

Mengapa Kita Harus Mengampuni?

Firman Tuhan dengan jelas sekali mengajarkan kepada kita untuk memberikan pengampunan kepada orang yang telah menyakiti hati kita. Tidak penting seberapa dalam ia telah menyakiti hati kita, namun jelas sekali Tuhan mengajarkan kepada kita untuk tetap mengampuni. Pertanyaannya mengapa kita harus mengampuni?

Jawabannya adalah karena semua dosa-dosa kita juga telah diampuni oleh pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib. Tidak peduli seberapa besar dan berat dosa yang telah kita lakukan, jika kita mau datang kepada-Nya dan sungguh-sungguh bertobat, maka darah-Nya yang kudus selalu menyucikan kita kembali.

Yesaya 1 : 18, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."

Dosa kita yang sedemikian besar dan banyaknya saja masih diampuni oleh Tuhan, masakan kita tidak mau mengampuni kesalahan orang lain terhadap kita? Bisakah kita menghitung berapa dosa yang kita buat setiap harinya?

Matius 6 : 15, "Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

Minggu, 02 November 2014

Hanya Ada Satu jalan Menuju Sorga

Seorang guru agama di sebuah SMP mengajarkan bahwa semua agama itu sama, dan Alkitab itu hanyalah sebuah buku yang berisi banyak sekali cerita dongeng. Padahal SMP tersebut adalah sekolah Kristen. "Memang saya lahir dalam keluarga Kristen, dan hidup saya juga benar menurut standar moral dan etika. Saya bahkan tidak merokok. Saat itu saya merasa tidak memerlukan Yesus."

Namun rasa penasaran mendorongnya untuk membaca Alkitab. Dia terhenyak oleh pengakuan Yesus tentang diri-Nya sendiri. Yohanes 14 : 6 menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang datang kepada Allah tanpa melalui Dia (Yesus). Itu membuatnya merenung. Siapakah sebenarnya Yesus ini? Mengapakah Dia berkata begitu? Di tengah ajaran serba relatif yang ia terima, pernyataan ini menawarkan kemutlakan. ia pun kemudian mempelajari isi Alkitab dengan tekun dan akhirnya menyerahkan hidupnya kepada Yesus.

Demi toleransi terhadap penganut agama lain, banyak orang Kristen yang berkompromi. Mereka memandang Yesus sebagai salah satu jalan menuju ke Sorga, tapi bukanlah satu-satunya. Mereka cenderung hanya berbicara tentang pengajaran humanistis yang bersifat universal, agar dapat diterima oleh semua orang apapun agamanya. Akhirnya, semua menjadi bersifat relatif. Prinsip ini jelas melenceng dari isi Alkitab.

Pandangan kita tentang Yesus dipengaruhi oleh sikap kita terhadap Alkitab. Apakah kita sungguh mempercayai Alkitab itu sebagai Firman Allah? Bertekunlah membaca dan mempelajarinya karena segala sesuatu yang perlu kita ketahui tentang keselamatan ada di dalamnya.

Source : Renungan Harian