Seorang guru agama di sebuah SMP mengajarkan bahwa semua agama itu sama, dan Alkitab itu hanyalah sebuah buku yang berisi banyak sekali cerita dongeng. Padahal SMP tersebut adalah sekolah Kristen. "Memang saya lahir dalam keluarga Kristen, dan hidup saya juga benar menurut standar moral dan etika. Saya bahkan tidak merokok. Saat itu saya merasa tidak memerlukan Yesus."
Namun rasa penasaran mendorongnya untuk membaca Alkitab. Dia terhenyak oleh pengakuan Yesus tentang diri-Nya sendiri. Yohanes 14 : 6 menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang datang kepada Allah tanpa melalui Dia (Yesus). Itu membuatnya merenung. Siapakah sebenarnya Yesus ini? Mengapakah Dia berkata begitu? Di tengah ajaran serba relatif yang ia terima, pernyataan ini menawarkan kemutlakan. ia pun kemudian mempelajari isi Alkitab dengan tekun dan akhirnya menyerahkan hidupnya kepada Yesus.
Demi toleransi terhadap penganut agama lain, banyak orang Kristen yang berkompromi. Mereka memandang Yesus sebagai salah satu jalan menuju ke Sorga, tapi bukanlah satu-satunya. Mereka cenderung hanya berbicara tentang pengajaran humanistis yang bersifat universal, agar dapat diterima oleh semua orang apapun agamanya. Akhirnya, semua menjadi bersifat relatif. Prinsip ini jelas melenceng dari isi Alkitab.
Pandangan kita tentang Yesus dipengaruhi oleh sikap kita terhadap Alkitab. Apakah kita sungguh mempercayai Alkitab itu sebagai Firman Allah? Bertekunlah membaca dan mempelajarinya karena segala sesuatu yang perlu kita ketahui tentang keselamatan ada di dalamnya.
Source : Renungan Harian
syalom.artikel yang sangat di berkati.amin
BalasHapuskunjungan balik ya.makasih sumberpelita.blogspot.com
Terima kasih. ditunggu kunjungan-kunjungan berikutnya...:)
BalasHapusPembahasan dan tips ini sangat baik sekali. Jangan lupa kunjungi juga situs kami Roket4D
BalasHapus