Jumat, 13 Desember 2013

Menang Tapi Sebenarnya Kalah

Hallo sobat, saya ingin menceritakan kejadian yang baru saja berlangsung dan dialami oleh salah seorang karyawan saya. Ceritanya pada hari kemarin saya menugaskan dia untuk mengambil sebuah PC/komputer saya yang baru saja diperbaiki dan diinstall ulang di kantor pos pusat yogyakarta dengan mengendarai sepeda motor Yamaha Mio milik saya. Dalam perjalanan pulang, secara tidak sengaja dia terlibat insiden dengan dua orang yang mengendari satu sepeda motor sehingga mengakibatkan PC yang baru saja diperbaiki terjatuh di jalan dan rusak kembali.

Adu argumen pun terjadi, kedua belah pihak tidak mau dipersalahkan sehingga akhirnya harus dilerai di pos polisi terdekat. kata damai diperoleh dengan kesepakatan bahwa biaya perbaikan PC yang rusak akan ditanggung kedua belah pihak secara prorata. Akhirnya secara bersama-sama kedua pihak pergi ke toko komputer terdekat untuk memperkirakan total biaya yang harus dikeluarkan. Setelah diperiksa, ternyata biaya yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp. 210.000,-, yang berarti masing-masing pihak harus menanggung kerugian sebesar Rp. 105.000,-. Namun sayangnya pihak kedua tidak konsisten dengan kesepakatan awal yaitu menanggung 50% dari kerugian, dan hanya bersedia membayar Rp. 50.000,-. Keributan pun tidak bisa dihindarkan hingga puncaknya terjadi perkelahian antara kedua pihak.

Pulang ke toko, karyawan langsung saya tanyain kejadiannya, cerita panjang lebar akhirnya saya tarik kesimpulan dia "kalah". Kalah disini dalam artian jasmani dan juga rohani. Kalah secara jasmani sudah jelas, karena terpaksa berkelahi 3 lawan 1, terluka, kehilangan jam tangan, dan sukses menambah musuh baru. Sedangkan kalah secara rohani memperlihatkan ketidakmampuan dalam mengontrol emosi. Waktu saya muda, ya sekitar umur 15 - 23 tahun, saya sangat suka berkelahi, seolah ingin menunjukkan kepada dunia bahwa saya jagoan hebat, ada kebanggaan tersendiri jika diakui sebagai "preman" oleh orang-orang sekitar. Namun semua itu berubah setelah saya lebih mengenal Tuhan Yesus, memang perubahan tidak terjadi secara drastis dan membutuhkan waktu yang cukup panjang, bahkan  saat ini di usia ke -33 tahun terkadang saya masih sulit mengendalikan emosi saya.

Terkadang kita selalu berusaha menonjolkan penampilan luar yang ada pada kita, kemampuan fisik yang hebat, keinginan untuk dipuji orang lain, dll. tapi kita tidak pernah memperhatikan apa yang ada di "dalam" kita yaitu roh dan jiwa kita. Tubuh kita bisa besar, kuat dan gagah seperti Ade Rai, tapi ternyata roh kita "kurus kering" karena tidak pernah mendapatkan santapan rohani dan juga tidak pernah dilatih oleh masalah-masalah rohani. So, penampilan fisik memang perlu, namun roh dan jiwa juga butuh "makanan" yaitu doa dan firman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar