Selasa, 10 Desember 2013

Lima Hal Yang Efektif Untuk Merusak Suatu Pernikahan (Part 2)

Pada artikel saya kali ini ingin melanjutkan tulisan saya sebelumnya yaitu Lima Hal Yang Efektif Untuk Merusak Suatu Pernikahan (Part 1). Dari Lima hal yang saya janjikan, kemarin baru sempat menulis Dua saja, nah pada hari ini saya akan menulis yang Tiga selanjutnya. Apa saja itu? Mari kita lihat bersama-sama.

3. Berusaha Keras Untuk Megubah Pasangan Kita

Seringkali sewaktu berpacaran dan kita melihat ada kekurangan pada pasangan, kita akan berpikir setelah menikah nantinya akan bisa mengubah sifat dan kebiasaan-kebiasaan buruk pasangan yang tidak kita sukai. Namun fakta yang terjadi adalah kita tidak bisa mengubahnya dan biasanya justru sifat buruk itu bisa berkembang ke arah yang semakin parah, sehingga membuat hubungan suami-istri menjadi semakin runcing akibat munculnya ego dari masing-masing pihak yang selalu menganggap dirinya benar dan berusaha untuk mengubah pasangannya.

Hal seperti ini sangat berbahaya, untuk itu ada beberapa hal yang harus kita lakukan untuk meminimalisir konflik dengan pasangan yang mungkin akan muncul antara lain dengan belajar untuk hidup berdampingan dengan kenyataan, belajar menerima apa adanya, jangan berpikir untuk mengubah orang lain tapi ubahlah diri kita sendiri terlebih dahulu, serta berusahalah untuk saling memberi apresiasi kepada pasangan kita.

4. Melampiaskan Kemarahan Dengan Cara Yang Tidak Sehat
Marah adalah sesuatu yang wajar dalam kehidupan ini, yang menjadi tidak wajar adalah jika kita tidak bisa mengendalikan amarah tersebut dan kemudian terjebak dalam emosi yang berkepanjangan dan merusak. Karena amarah justru membuat sesorang tidak dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul dengan baik, tidak mampu membedakan hal yang benar dan tidak benar, menjadi "buta" terhadap hal-hal rohani, dll. Lalu bagaimanakah cara kita untuk bisa mengatasi rasa marah dalam diri kita?
  • Instrospeksi, periksa diri kita apakah kita memang tergolong orang yang suka marah? Kalau jawabannya "Ya", maka kita harus segera minta ampun pada Tuhan.
  • Bertanya pada diri sendiri : Mengapa Saya Marah?
  • Menentukan "Thema Kemarahan", Harus spesifik terhadap penyebab kemarahan, jangan sampai menyebar ke hal-hal yang yang tidak ada sangkut pautnya.
  • Tetap mengusahakan suatu perdamaian.
  • Jika memang harus marah, cepat selesaikan, dan jangan biarkan berlarut-larut. Seperti tertulis dalam Efesus 4 : 26, Apabila kamu menjadi marah janganlah kamu berbuat dosa, janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu.
  • Jangan berbuat dosa. Berusaha menyalurkan kemarahan dengan cara yang positif, jangan sampai melukai hati orang. Kita boleh marah terhadap seseorang, tetapi hanya terhadap perbuatan/dosanya dan bukan terhadap pribadi orangnya.
5. Jangan Libatkan Tuhan dan Berusaha Andalkan Diri Sendiri
    Pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan merupakan lembaga yang diciptakan oleh Tuhan, sehingga kitapun diberkati oleh Tuhan. Rasanya menjadi sangat konyol jika kita membangun suatu lembaga pernikahan tanpa mau melibatkan Tuhan sebagai pencipta (Creator), yang memiliki blue print atas bangunan rumah tangga kita. Seperti ada tertulis dalam Yeremia 17 : 5, 7,"Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh daripada Tuhan! Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan".

Nah, kalau kelima cara tadi adalah untuk merusak pernikahan, lalu bagaimanakah cara yang efektif untuk menguatkan pernikahan? Caranya adalah kebalikan dari kelima hal tadi, yaitu
  1. Kerjakanlah Pekerjaan Rumahmu
  2. Peliharalah Komunikasi Yang Efektif Dengan Pasangan
  3. Terimalah Pasangan Apa Adanya, Dan Mulai Berubah Dari Diri Sendiri
  4. Kontrol Amarah Dengan Bijak
  5. Libatkan Tuhan Dalam Setiap Keputusan
Sumber : Khotbah Pdt. Larry Nathan Kurniadi, M.A. pada acara Aletheia Family Faithzone di GBI Aletheia Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar