Dalam Roma 3 : 23 dikatakan, "Sebab semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." Sebab itu, pria dan wanita juga memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa yang besar, dan menjadi kelemahan bagi mereka. Artinya, karena dosa, standar kemuliaan Allah yang sangat tinggi menjadi hilang dan rusak dalam kehidupan manusia. Ketika tabiat dosa masuk dalam kehidupan manusia, khususnya suami-istri, maka secara sadar maupun tidak sadar suami-istri bisa "menghancurkan pernikahan" mereka sendiri. It's just about the time that their marriage will explode. Karena itulah, saat ini kita akan melihat Lima Cara Efektif Menghancurkan Perkawinan. Efektif disini dalam artian "berbahaya" dan "don't do this at home". Tujuan dari pembelajaran disini adalah agar kita menjadi waspada dan terhindar dari api yang menghanguskan, dan mencegah kebakaran terjadi sehingga kita dapat membangun pernikahan dan keluarga yang harmonis dan kokoh. Yuk, mari kita lihat apa saja kelima cara efektif tersebut yang harus kita hindarkan.
- Jangan Lakukan Pekerjaan Rumah
Pernikahan itu layaknya sebuah PR (Pekerjaan Rumah), kita harus mengerjakannya dirumah. Artinya, jika kita mau pernikahan kita berhasil, maka kita harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah kita. Kita harus serius mengerjakan komitmen, tanggung jawab dan menyelesaikan masalah-masalah yang ada di rumah, bukan diluar rumah.
Keluarga Vs. Pekerjaan/Pelayanan - Mana yang lebih penting?
Di dalam 1 Timotius 3 : 5, Rasul Paulus menegaskan, jikalau orang tidak tahu bagaimana mengepalai keluarganya, bagaimana ia dapat mengurus jemaat Allah?. Disini kita lihat bahwa Paulus ingin menegaskan bahwa keluarga jauh lebih penting dibanding dengan pelayanan. Namun sayangnya, kondisi yang terjadi saat ini keluarga bukanlah menjadi bagian yang paling penting dalam kehidupan manusia. Seringkali kita terlihat sibuk dalam pekerjaan maupun pelayanan namun kondisi intern dalam keluarga kita berantakan. Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah "Kualitas Pernikahan Kita Hanya Sebaik Kita Mengerjakan PR Kita". Tugas kita sebagai pasangan suami-istri adalah membangun rumah tangga kita sendiri, Tuhan hanya menolong dan mensupervisi kita. Oleh karena itu ada dua hal yang harus selalu kita camkan baik-baik yaitu untuk istrimu bisa tunduk kepadamu, kau perlu bekerja keras untuk itu, kerja keras untuk bisa menjadi suami yang dihargai istri, dan untuk suami bisa mengasihi istri dan rela berkorban baginya, maka istri juga harus bekerja keras untuk itu. - Biarkan Saja Pola Komunikasi Yang Salah
Maleakhi 2 : 14, "Oleh sebab Tuhan telah menjadi saksi antara engkau dan istri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan istri seperjanjianmu."
Dari ayat ini kita belajar bahwa suami-istri disebut sebagai SEKUTU dan TEMAN SEPERJANJIAN. Untuk menggambarkan teman seperjanjian ini, dalam bahasa aslinya berarti sekumpulan alat musik yang dimainkan secara harmonis dan indah. Suami dan istri memiliki instrumen musiknya sendiri-sendiri, yang cara memainkannya juga sangat dipengaruhi oleh masa lalu dan latar belakang mereka, dan juga sifat bawaan yang unik. Lalu, bagaimana menyatukannya sehingga menjadi suatu harmoni yang indah? Caranya adalah dengan menjaga visi hidup yang sama dan merespon "bunyi" karakter pasangannya dan berusaha untuk mengimbanginya dengan positif, pada waktu yang tepat, tekanan yang tepat, dan pilihan nada yang tepat.
Mengenal Perbedaan Demi Kebersamaan
Mengenal perbedaan pasangan bukanlah untuk kemudian dipermasalahkan, tetapi untuk diterima sebagai bagian diri untuk melengkapinya agar menjadi sempurna. Komunikasi menjadi bahan baku utama suami istri untuk membangun hubungan dan membangun kepercayaan.
Saat ini saya hanya membahas dua dari lima hal efektif untuk merusak pernikahan, pada artikel selanjutnya saya akan bahas yang tiga lagi, simak terus ya...dan jangan sampai lima hal ini menjadi penghalang bagi doa kepada Tuhan.
Sumber : Khotbah Pdt. Larry Nathan Kurniadi, M.A. pada acara Aletheia Family Faithzone di GBI Aletheia Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar