Rabu, 19 Maret 2014

Berjalan di Atas Badai (Part 3)

Melanjutkan artikel saya sebelumnya Berjalan di Atas Badai (Part 2), pada bagian ini kita akan melanjutkan bagian inti dari buku Berjalan di Atas Badai yang ditulis oleh Pdt. Sukamal B. Fadelan. Yuk kita lihat bersama-sama.

Bab II : Permintaan Melampaui Badai

Ada dua belas orang yang berada di dalam perahu, tapi hanya Petrus yang berjalan di atas air. Mengapa? Salah satu yang membedakan Petrus dengan yang lain adalah keberanian untuk meminta perkara yang besar. Bagaimana dengan  yang lain? Mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat, kecuali berteriak dengan ketakutan. Patut untuk kita renungkan, daripada berteriak ketakutan, bukankah lebih baik berteriak kepada Tuhan dalam doa supaya dapat hidup melampaui badai. Apa yang membuat Petrus keluar dari perahu dan berjalan di atas air? jawabannya adalah perkataan Tuhan Yesus, "Datanglah!" Apa yang membuat Tuhan Yesus berkata seperti itu? Permintaan Petrus, "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." Inilah hukum yang ditetapkan Tuhan, Tuhan memberikan kepada mereka yang meminta kepada-Nya. Bagaimana seharusnya kita berdoa saat menghadapi "badai"? Ada tiga jenis doa yang seringkali dipanjatkan saat menghadapi "badai" kehidupan.
  1. Tuhan, Janganlah Membawa Kami ke Dalam Badai
    Jenis doa pertama yang sering kita panjatkan adalah, "Tuhan, janganlah membawa kami ke dalam badai." Kita boleh dan bahkan harus berdoa seperti itu karena Tuhan Yesus mengajarkan doa tersebut. Namun ada tiga hal yang juga harus kita ketahui yaitu, keuntungan, kerugian, dan juga hal yang seharusnya.
    • Keuntungan : Kita tidak mengalami badai
    • Kerugian : Kita akan tetap menjadi pribadi yang lemah
    • Hal yang seharusnya : Kita tidak seharusnya terus berdoa seperti itu
  2. Tuhan, Hentikanlah Badai Ini
    Setiap kali mengijinkan "badai" terjadi dalam kehidupan kita, Allah selalu mempunyai tujuan yang jauh lebih besar daripada "badai" itu sendiri, bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan harga yang harus kita bayar saat menghadapinya. Jadi, Allah tidak akan menghentikan "badai" sebelum tujuan-Nya tercapai. Jika kita memaksa Dia untuk menghentikan "badai", maka kita tidak akan sampai pada tujuan. Dan jika kita tidak sampai pada tujuan, apa artinya hidup ini?. Sekali lagi, kita boleh berdoa, "Tuhan, hentikanlah badai ini." Namun jika doa kita terus seperti itu , hal ini mencerminkan bahwa kita bersedia menghadapi "badai" namun tidak siap untuk mengatasinya.
  3. Tuhan, Berikanlah Kami Hikmat dan Kekuatan untuk Mengatasi Badai Ini
    Bukanlah doa supaya tidak ada beban, melainkan berdoalah supaya diberikan kekuatan untuk mengangkat beban. Bukan berdoa supaya beban dikurangi, melainkan berdoalah supaya kekuatan kita ditambah. Bukan berdoa untuk menghilangkan masalah, melainkan berdoalah supaya dapat mengubah masalah. Tidak ada kehidupan yang melampaui "badai" jika kita selalu meminta supaya tidak mengalami "badai". Tidak ada kehidupan yang melampaui "badai", jika setiap kali ada "badai" tapi kita selalu meminta Tuhan untuk menghentikannya. Kehidupan melampaui "badai" dimungkinkan jika kita berani menghadapi "badai" dan senantiasa meminta hikmat serta kekuatan untuk mengatasinya.

Sumber :
Buku "Berjalan di Atas Badai'











Pdt. Sukamal B. Fadelan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar