Senin, 24 Februari 2014

Berjalan di Atas Badai (Part 2)

Melanjutkan artikel saya sebelumnya Berjalan di Atas Badai (Part 1), pada bagian ini kita akan masuk ke bagian inti dari buku Berjalan di Atas Badai yang ditulis oleh Pdt. Sukamal B. Fadelan. Mari kita lihat bersama-sama.

Bab I : Menggandeng Sang Badai

Ada 3 macam sikap manusia dalam menghadapi setiap "badai" dalam kehidupannya, antara lain :
  1. Lari menjauh untuk menghindari "badai".
  2. "Tenggelam" di dalam "badai".
  3. Terjun menghadapi "badai", lalu berusaha mengatasinya dan akhirnya menang.
Hanya orang yang terlatih dan siap yang mampu menghadapi dan mengatasi "badai". Hal pertama yang harus diperhatikan adalah cara kita dalam memandang "badai". Pada bagian ini, kita belajar untuk memandang suatu masalah dari sisi positifnya. Dengan melihat sisi positif dari setiap masalah yang menghadang, maka kita akan menjadi tidak takut terhadap masalah yang muncul, tidak menolak "badai", sebaliknya justru menjadi orang yang "menggandeng badai". Lalu akan muncul pertanyaan,"Mengapa kita harus menggandeng sang badai?"
  • Semua kapal pasti menghadapi badai
 Para murid Yesus merupakan orang-orang yang spesial, karena mereka mendapatkan pengajaran khusus yang tidak diterima oleh semua orang Israel pada saat itu. Mereka adalah orang-orang yang luar biasa, karena melalui merekalah Injil tersebar ke seluruh dunia. Meski demikian, mereka juga menghadapi "badai" yang sama dengan orang lain. Setiap kapal menghadapi badai, setiap orang menghadapi masalahnya masing-masing.
  • Anda adalah seorang Nahkoda saat kapal menghadapi badai
Badai boleh bergelora, lautan luar boleh membentang di hadapan Anda, orang-orang di sekitar boleh saja tidak sepikir dengan Anda, tetapi itu semua tidak boleh menghalangi Anda untuk hidup dengan gemilang, hidup yang "berjalan di atas badai" dan hidup yang "melampaui badai". Anda adalah orang yang mengendalikan hidup Anda sendiri, Anda yang menentukan masa depan Anda, dan Andalah yang menentukan hasil yang akan Anda peroleh, bukan orang-orang lain di sekitar Anda.
  • Di dalam Bahaya, ada Bahagia
"Sesudah itu, Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang" (Matius 14 : 22).

Pertanyaannya : "Siapa yang memerintahkan mereka ke seberang?". Tuhan Yesus! Apakah mereka taat? Ya, mereka taat! Lalu apa yang mereka alami? Mereka harus menghadapi badai yang mengombang-ambingkan perahu mereka. Mengapa demikian, padahal mereka sudah taat kepada perintah Tuhan? Hal ini membuktikan bahwa sekalipun kita taat kepada Tuhan, bukan berarti bahwa kita tidak akan menghadapi masalah. Taat atau tidak, Anda tetap akan menghadapi "badai".

Namun disini penulis ingin menjelaskan bahwa Anda harus tetap taat. Mengapa? Karena buah ketaatan adalah upah, sedangkan buah ketidaktaatan adalah hukuman. Diluar semua penyebab "badai" yang Anda alami, pasti tidak ada sesuatupun yang terjadi tanpa sepengetahuan dan seiizin Allah. Saat Allah mengijinkan "badai" terjadi, ada satu hal yang pasti, Semuanya itu mendatangkan kebaikan bagi Anda. Allah pasti mendatangkan bahagia dalam bahaya.
  • Tidak ada badai yang abadi
".....dan anginpun redalah," Inilah salah satu sifat dari "badai" kehidupan.

Dua hal penting yang harus kita pahami adalah hal yang pasti dan hal yang tidak pasti dari suatu masalah. Hal yang tidak pasti adalah bentuknya, sedangkan hal yang pasti adalah sifatnya. Masalah bisa datang dalam berbagai bentuk atau wujud, tetapi masalah selalu datang dengan sifat yang pasti.

Ada empat sifat dari masalah yang perlu kita ketahui yaitu :
  1. Semua masalah memiliki sifat yang Tidak Luar Biasa
  2. Semua masalah bersifat Tidak Melebihi Kekuatan Kita
  3. Semua masalah memiliki sifat Tidak Sempurna
  4. Semua masalah bersifat Tidak Abadi
Sumber :
Buku "Berjalan di Atas Badai'










Pdt. Sukamal B. Fadelan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar