Bab I : Menggandeng Sang Badai
Ada 3 macam sikap manusia dalam menghadapi setiap "badai" dalam kehidupannya, antara lain :
- Lari menjauh untuk menghindari "badai".
- "Tenggelam" di dalam "badai".
- Terjun menghadapi "badai", lalu berusaha mengatasinya dan akhirnya menang.
- Semua kapal pasti menghadapi badai
- Anda adalah seorang Nahkoda saat kapal menghadapi badai
- Di dalam Bahaya, ada Bahagia
Pertanyaannya : "Siapa yang memerintahkan mereka ke seberang?". Tuhan Yesus! Apakah mereka taat? Ya, mereka taat! Lalu apa yang mereka alami? Mereka harus menghadapi badai yang mengombang-ambingkan perahu mereka. Mengapa demikian, padahal mereka sudah taat kepada perintah Tuhan? Hal ini membuktikan bahwa sekalipun kita taat kepada Tuhan, bukan berarti bahwa kita tidak akan menghadapi masalah. Taat atau tidak, Anda tetap akan menghadapi "badai".
Namun disini penulis ingin menjelaskan bahwa Anda harus tetap taat. Mengapa? Karena buah ketaatan adalah upah, sedangkan buah ketidaktaatan adalah hukuman. Diluar semua penyebab "badai" yang Anda alami, pasti tidak ada sesuatupun yang terjadi tanpa sepengetahuan dan seiizin Allah. Saat Allah mengijinkan "badai" terjadi, ada satu hal yang pasti, Semuanya itu mendatangkan kebaikan bagi Anda. Allah pasti mendatangkan bahagia dalam bahaya.
- Tidak ada badai yang abadi
Dua hal penting yang harus kita pahami adalah hal yang pasti dan hal yang tidak pasti dari suatu masalah. Hal yang tidak pasti adalah bentuknya, sedangkan hal yang pasti adalah sifatnya. Masalah bisa datang dalam berbagai bentuk atau wujud, tetapi masalah selalu datang dengan sifat yang pasti.
Ada empat sifat dari masalah yang perlu kita ketahui yaitu :
- Semua masalah memiliki sifat yang Tidak Luar Biasa
- Semua masalah bersifat Tidak Melebihi Kekuatan Kita
- Semua masalah memiliki sifat Tidak Sempurna
- Semua masalah bersifat Tidak Abadi
Buku "Berjalan di Atas Badai'
Pdt. Sukamal B. Fadelan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar