Rabu, 20 Mei 2015

Saat Internet Mengubah Hidup Seorang Menjadi Lebih Baik

“Perjalanan bisnis yang kami lalui tidak selalu mulus. Kami sempat dililit hutang ratusan juta rupiah dan selama dua tahun keadaan ekonomi kami terpuruk, bahkan terkadang harus makan sepiring berdua. Dedy juga harus bekerja serabutan di hari libur,” terang Tri Wardhani, istri dari Dedy Indrawan, seorang pengusaha sprei dan bedcover asal Yogyakarta.

Dedy Indrawan atau yang akrab disapa Dedy Liem memulai bisnis sprei dan bedcover bersama sang istri secara online sejak 2009. Awalnya muncul banyak keraguan dalam dirinya untuk menjalani bisnis ini. Dedy yang saat itu bekerja sebagai seorang staf pemasaran sebuah bank swasta nyatanya tidak memiliki tabungan yang cukup untuk memulai bisnis. Jangankan memiliki tabungan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja Dedy harus “ngojek” pada malam hari usai pulang kerja.
“Saya pernah mencoba ngojek. Jadi siang saya bekerja di bank, malamnya ngojek keliling, tetapi usaha ini tidak berhasil” kata bapak dua putri ini.

Dedy mencoba keberuntungan lain dengan door to door menawarkan produk asuransi dan lagi-lagi usaha ini tak kunjung berhasil memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun keadaan tidak lantas membuat Dedy menyerah. Menurutnya, perubahan ke arah yang lebih baik harus dimulai dari diri sendiri dan sedini mungkin. “Saya tidak mungkin tega membiarkan istri dan dua putri saya tinggal di sebuah kontrakan kecil seumur hidup. Kalau bukan kita yang memulai perubahan, siapa lagi, kalau tidak dimulai sekarang, kapan lagi,” jelasnya dengan menggebu.
JAXINE SPREI & BEDCOVER TOKOPEDIA
Dedy Indrawan & Tri Wardhani

Akhirnya pria yang berusia 34 tahun ini memberanikan diri memulai bisnis sprei dan bedcover secara online dengan bermodalkan pinjaman uang dari seorang saudara yang nominalnya tidak seberapa, namun nyatanya hal tersebut bukanlah penghalang yang berarti. “Berbisnis melalui internet tetap mungkin dilakukan walaupun hanya dengan modal seadanya,” tutur pemilik sekaligus pengelola toko online Jaxine Sprei and Bedcover.

Jaxine Sprei and Bedcover yang semakin lama semakin berkembang akhirnya membuat Dedy memutuskan untuk berhenti bekerja dari bank dan fokus menggarap bisnis online-nya. Setelah tiga tahun hanya mengambil stok barang dari supplier, kini akhirnya ia sudah mampu memproduksi sprei dan bedcover sendiri dengan dibantu 24 orang karyawan. Namun pemasaran yang awalnya dilakukan melalui website pribadi lambat laun dirasa tidak lagi efektif untuk menindaklanjuti pesanan yang dari hari ke hari kian bertambah.

“Saya kewalahan mengelola website sendiri dan di sisi lain persaingan dengan website kompetitor juga semakin ketat,” imbuhnya. Ia akhirnya memutuskan untuk memasarkan produknya melalui mall online, salah satunya Tokopedia. “Dengan memasarkan produk di Tokopedia, saya tidak perlu lagi pusing memikirkan SEO dan posisi keyword saya di search engine,” terang Dedy. Ia juga menambahkan, dengan bergabung bersama Tokopedia, produknya lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. “Pengunjung Tokopedia sendiri sudah ramai. Hal itu secara langsung membantu saya dalam mempromosikan brand kami ke seluruh penjuru Indonesia,” imbuh laki-laki yang sekarang sudah berhasil mengirimkan ribuan paket produk setiap bulannya ini.
JAXINE SPREI & BEDCOVER TOKOPEDIA
JAXINE SPREI & BEDCOVER TOKOPEDIA
Sebelum memulai bisnis online, hidup Dedy dan keluarga kecilnya serba pas-pasan dengan hanya mengandalkan gaji bulanan sebagai karyawan, yang bahkan untuk sekedar membeli sepeda motor saja harus mencicil selama tiga tahun. Dedy yang usai lulus kuliah sempat berdagang angkringan ini juga harus bekerja siang dan malam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun berkat kegigihannya dalam membangun bisnis melalui internet, kehidupannya berubah. “Internet memberi dampak yang begitu besar bagi hidup kami, khususnya dalam mengubah kondisi perekonomian keluarga kami. Dulu bahkan untuk makan saya harus ngirit, tapi sekarang bisnis online membuat kami mampu membeli sebuah rumah, tiga buah mobil dan empat sepeda motor dengan mudah,” tutupnya dengan penuh syukur.

Sabtu, 10 Januari 2015

Tahun 2015 - Tahun Double dari Tuhan

Akhir-akhir ini sering banget dikunjungi oleh teman-teman dan sahabat lama yang mengenal kami (saya dan istri) pada waktu "jaman susah". Mereka rata-rata berkunjung untuk silaturahmi sekaligus belajar berbisnis, karena menganggap saya orang yang sukses berbisnis dan mengalami peningkatan kesejahteraan yang sangat cepat dibandingkan yang lain, karena mereka tahu bagaimana 8 tahun yang lalu saya bahkan pernah menjadi pedagang angkringan demi "cukup untuk sekedar makan". atau 5 tahun yang lalu saat bekerja di Commonwealth Bank, saya bahkan tidak memiliki seragam ganti saat ada acara seminar di kota Salatiga. Atau saat saya menginginkan sebuah mobil Daihatsu Charade kuno keluaran tahun 1983 seharga 18 juta yang harus saya cicil selama 3 tahun.

Para sahabat bertanya apa kunci suksesnya kok bisa seperti sekarang ini? Terus terang saya bingung menjawabnya, akhirnya saya cuma bisa bilang jika 10%nya adalah kerja keras kami semua (saya, istri dan para staf), sedangkan sisanya yang 90% mutlak adalah karena Tuhan yang bekerja secara luar biasa untuk memberkati usaha kami. Mungkin jawaban saya sedikit mengecewakan, karena mungkin para sahabat berharap seperti mendapatkan "pelatihan/tpis khusus" berbisnis dari saya, tapi saya hanya bisa bilang bahwa apa yang kami lakukan adalah hampir sama dengan yang dilakukan oleh pengusaha yang lainnya, mungkin bedanya adalah kami bekerja sedikit lebih semangat, jujur dan disiplin dibandingkan orang lain. tapi menurut saya, itu tetap bukanlah faktor utama keberhasilan saya karena hanya memberikan sumbangsih sebesar 10% saja, percaya gak percaya yang 90% adalah semata-mata karena berkat Tuhan.

Setiap bulan kami belajar untuk mengutamakan Tuhan (aktif terlibat dalam pelayanan walaupun pekerjaan sungguh sibuk dan melelahkan), taat pada perintah Tuhan untuk mengembalikan perpuluhan, dan juga bersedia dipakai Tuhan untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain, khususnya yang mengalami kekurangan. Dan herannya disaat kami sepertinya melakukan segala "pemborosan" tersebut justru kami tidak pernah mengalami kekurangan, semuanya seperti "selalu dicukupkan" oleh Tuhan.

Tahun 2015 adalah Tahunnya "double grace, double blessing and double protection". Mari kita sepenuhnya meyakini bahwa Tuhan adalah "investor tunggal" di dalam hidup kita, Ia yang berkuasa memberikan segalanya di dalam hidup kita, Ia berkuasa atas nyawa kita dan Ia juga berkuasa atas semua yang kita miliki, termasuk harta benda kita. Kita semua membutuhkan uang, tapi pergunakanlah uang untuk kemuliaan nama Tuhan.

Minggu, 28 Desember 2014

Taat dan Setia Kepada Tuhan

Jujur aja nih, kemarin minggu pas mau pelayanan choir ibadah sore di GBI Aletheia kondisi suasana hati sedang tidak bagus. Awalnya memang sedang tidak mood dengan pelayanan ditambah lagi siangnya bertengkar sama istri saat diajari nyetir mobil tp suka ngeyel hehehe...Sempet kepikiran untuk tidak ikut pelayanan dulu, namun akhirnya sampai di rumah pukul 14.00 WIB istri langsung tidur siang dan saya merenung dan berdoa serta mohon ampun pada Tuhan untuk semua hal negatif yang telah saya pikirkan dan bahkan lakukan.

Sebelum berangkat ke gereja saya sempatkan untuk meminta maaf kepada istri karena telah bertengkar dengannya untuk hal yang sepele. Akhirnya sore kemarin saya dan istri bisa pelayanan choir dengan hati yang gembira dan penuh sucakita dalam memuji Tuhan. Tapi ada satu hal yang saya kelewatan dan kebetulan disinggung di dalam khotbah oleh Bapak Pdt. Hengky, yaitu mengenai persembahan perpuluhan. Karena terburu-buru, saya lupa untuk mempersiapkan perpuluhan untuk minggu ini, itu berarti minggu depan saya harus mempersiapkan perpuluhan saya untuk periode 2 minggu. Persembahan perpuluhan bagi saya sangat penting, karena apa yang saya terima saat ini semuanya semata-mata adalah karena berkat dari Tuhan dan wajib bagi saya untuk mengembalikan apa yang menjadi milik Tuhan. Tuhan ibaratnya adalah Investor yang menanamkan sahamnya pada hidup kita dan Ia berhak untuk menerima bagian-Nya. Jangan sekali-kali kita berbuat curang dengan "mencuri" apa yang seharusnya menjadi milik Tuhan. Dari 100% yang kita hasilkan, yang 90% boleh kita nikmati, sedangkan yang 10% harus kita kembalikan kepada Tuhan, dan yang harus kita ketahui adalah bahwa yang 10% tersebut ibaratnya seperti benih untuk kita tabur kembali sehingga di waktu yang akan datang kita masih bisa menuai. Tetapi jika 100%-nya kita habiskan semua, maka tidak ada lagi benih untuk ditabur dan tidak ada lagi masa menuai.

Hari minggu ini saya memang lupa, tapi saya berjanji untuk membayarnya pada minggu yang akan datang. Dan hebatnya saat kita baru berjanji saja, Tuhan sudah membukakan berkatnya secara luar biasa pada hari ini. Coba bayangkan jika saya taat setiap minggunya. Semoga ini bisa menjadi bahan perenungan bagi kita semua, bahwa perpuluhan bukanlah "persembahan sukarela" melainkan kewajiban kita kepada Tuhan sebagai "Investor" bagi hidup kita. Amin